Mahakam Daily – Kelangkaan pupuk bersubsidi kembali menjadi keluhan serius di kalangan petani di Penajam Paser Utara (PPU) dan Paser. Selain sulit ditemukan, harga pupuk bersubsidi di lapangan disebut kian mahal, bahkan tak lagi menjangkau petani kecil. Anggota Komisi IV DPRD Kaltim, Fadly Imawan, menduga ada permainan dalam rantai distribusi.

“Para petani, baik itu petani sawit maupun padi, banyak yang mengeluhkan soal kelangkaan pupuk bersubsidi,” kata Fadly, Kamis (22/5/2025).

Politisi Golkar ini menuding bahwa pupuk yang semestinya diperuntukkan bagi petani justru dialihkan ke pengepul lalu dijual keluar daerah. Akibatnya, stok pupuk di tingkat lokal kian menipis dan tidak lagi tepat sasaran.

“Saya menduga pupuk bersubsidi ini dijual ke pengepul lalu dibawa keluar daerah. Ini jelas merugikan petani-petani kita yang seharusnya berhak mendapatkannya,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya pengawasan distribusi serta kejelasan data penerima pupuk. Tanpa pengendalian ketat, permainan distribusi akan terus berulang tiap tahun. Fadly juga mendorong pembenahan sistem tata niaga pupuk agar tidak menjadi polemik berkepanjangan di sektor pertanian Kaltim.

“Pupuk itu kebutuhan dasar petani. Tapi sekarang mereka sulit mendapatkannya. Ke depan kita akan dorong agar sistem jual beli pupuk bersubsidi ini benar-benar tepat sasaran,” tegasnya.

DPRD Kaltim meminta pemerintah daerah dan distributor melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme penyaluran, serta memastikan transparansi agar subsidi benar-benar sampai ke tangan petani.

“Kita tidak ingin pupuk justru jadi lahan permainan. Kalau terus begini, petani yang benar-benar butuh akan terus dirugikan,” pungkasnya.

(adv/dprdkaltim)