Mahakam Daily – Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun menilai hilirisasi subsektor perkebunan mengalami peningkatan ketimbang belasan tahun lalu.
Hal itu dibuktikan dengan jumlah pabrik pengolahan kelapa sawit yang sudah banyak saat ini. Terlebih masing-masing pabrik telah memiliki pabrik Crude Palm Oil (CPO)
“Dulu, pabrik pengolahan kelapa sawit atau pabrik CPO (Crude Palm Oil) di Kaltim hanya ada dua unit, yakni di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara, tapi sekarang jumlahnya sudah mencapai 99 unit yang tersebar di semua kabupaten,” katanya, Sabtu (4/11/2023).
Dengan penambahan pabrik CPO yang banyak ini membuat para pekebun di Kaltim lebih mudah dalam menjual tandan buah segar (TBS) dari panen kelapa sawit, meskipun pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut lebih banyak peran swasta.
Seiring sebaran banyaknya pabrik CPO tersebut, lanjutnya, hal ini berdampak pada harga TBS yang ikut naik karena adanya persaingan sehat. Saat ini, harga TBS di Kaltim rata-rata di atas Rp2.000 per kilogram (kg).
Dampak hilirisasi di sektor perkebunan ini, katanya, mendongkrak Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Kaltim, seperti pada Januari 2023 yang sebesar 171,94, menggambarkan bahwa pekebun di Kaltim sejahtera.
Angka keseimbangan nilai tukar petani/pekebun adalah 100, jika di bawah 100 berarti petani merugi, namun jika di atas 100 berarti untung. Apalagi jika jauh di atas 100 seperti mencapai 171,94, hal itu berarti sudah sejahtera.
“Untuk hilirisasi perkebunan harus diakui memang sudah maju, meskipun harus ditingkatkan lagi, bukan hanya dari sawit menjadi minyak goreng, karena masih banyak produk lain yang bisa diolah dari turunan sawit maupun perkebunan lain. Ini yang harus terus digenjot,” pungkasnya.
[adv]