Mahakam Daily – Di tengah gemuruh arus Sungai Mahakam, terdapat kisah yang mengalir lebih deras dari sekadar airnya. Sungai terbesar di Bumi Etam ini, yang merentang mulai dari Mahakam Ulu hingga Samarinda, bukan hanya surga bagi para pencinta alam, tapi juga rumah bagi legenda urban yang melekat erat di hati masyarakat Kalimantan Timur: si Hantu Banyu.
Kisah mistis ini, yang telah menjadi bagian dari percakapan sehari-hari, kini diangkat ke layar lebar dalam film pendek yang berjudul sama dengan entitas gaib tersebut, “Hantu Banyu.”
Film ini mengajak penonton menyelami kehidupan Pendi, seorang pemuda desa yang kegiatannya menjala ikan di sungai terganggu oleh kehadiran yang tak kasat mata. Lebih dari sekadar horor, film ini juga merangkum romansa remaja yang manis.
Di balik kamera, Muhammad Al Fayed mengarahkan kisah ini dengan sentuhan yang autentik. Produksi film ini menjadi tonggak sejarah bagi Mahakama Film, rumah produksi asli Kalimantan Timur yang telah berkecimpung dalam dunia kreatif sejak 2019.
Kolaborasi dengan Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur membawa “Hantu Banyu” sebagai langkah awal dalam membangun ekosistem perfilman yang berkelanjutan di daerah ini.
Dengan melibatkan lebih dari 40 kru lokal, film ini tidak hanya menjadi wadah bagi talenta-talenta Kalimantan Timur untuk bersinar, tapi juga sebagai upaya untuk membawa karya ini ke bioskop-bioskop, memungkinkan kru dan penonton sama-sama menikmati hasil karya mereka dalam format yang paling memuaskan.
Meski dibuat dengan sumber daya yang terbatas, “Hantu Banyu” berhasil menampilkan keunikan yang jarang ditemui dalam produksi film lokal.
Harapan yang dipegang teguh oleh semua pihak yang terlibat adalah agar film ini dapat menjadi pilar yang kokoh bagi industri perfilman Kalimantan Timur, sekaligus menjadi jembatan bagi masyarakat luas untuk mengenal lebih dalam tentang kekayaan budaya dan cerita-cerita lokal yang selama ini mungkin hanya terdengar sebagai bisikan di tepian Sungai Mahakam.