Desa Muara Enggelam, yang dahulu bergelut dalam kegelapan, kini menjadi bukti nyata transisi energi berbasis komunitas. Bermula dari kelelahan menghadapi genset mahal dan berpolusi, warga beralih ke Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang membawa perubahan besar. Dari listrik stabil lahir berbagai usaha baru—amplang, warung gorengan, hingga butik daring. Namun, tantangan tetap ada, seperti keterbatasan daya dan ketergantungan pada desa lain untuk es batu. Sementara itu, di tingkat provinsi, transisi energi masih diwarnai paradoks antara dominasi PLTU dan harapan energi bersih. Muara Enggelam menjadi simbol perjuangan listrik yang lebih berkelanjutan.
Baca liputan lengkapnya di Intuisi.co dan Prolog.co.id